Muhammadun Basyarun??
Konsep Kemanusiaan dalam Ukhuwah Basyariah
MEMANUSIAKAN MANUSIA
Wushul
Sujudnya Muhammad: Menghayati Makna dalam Adzan
Reportase Rutinan Sanggar Kedirian dengan tema Sujudnya Muhammad, 23 Juni 2023
Di salah satu sudut kampus Universitas Tribakti, malam itu terasa begitu dingin. Namun, di tengah dinginnya udara, terdapat kehangatan yang memancar dari dulur-dulur Sanggar Kedirian. Mbah Bus mengawali pembahasan Barzanji kali ini dengan men-tadabbur-i adzan. Adzan dan iqomah merupakan kalimat ilahiyah pertama kali yang diperkenalkan kepada bayi agar potensi diri seorang bayi berkembang secara optimal.
Kalimat pertama dalam adzan adalah "Allahu akbar" yang berarti "Allah Maha Besar." Mbah Bus menjelaskan bahwa melalui kalimat ini, kita diperkenalkan pada hubungan vertikal yang menunjukkan kebesaran Allah. Dalam kesederhanaan ungkapan ini, kita disadarkan akan keagungan dan kekuasaan-Nya yang melingkupi segala sesuatu.
Mbah Bus juga mengungkapkan pemahamannya tentang kalimat-kalimat lain dalam adzan. "Syahadat kepada Allah" adalah kesaksian akan keesaan-Nya, sedangkan "Syahadat kepada Kanjeng Nabi Muhammad sebagai utusan Allah" adalah pengakuan akan peran dan kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir.
Selanjutnya, Mbah Bus menyoroti kalimat "Hayya 'alassholah" yang mengajak kita untuk datang kepada sholat. Dia menjelaskan bahwa kalimat ini mengingatkan akan pentingnya menjaga keteraturan dalam menjalankan kewajiban kita. Sholat merupakan bentuk ibadah yang memiliki makna yang mendalam dan memerlukan kedisiplinan dalam melaksanakannya.
Mbah Bus juga memaparkan pesan di balik kalimat "Hayya 'alal falah" yang mengajak kita untuk mencapai kesuksesan. Namun, dia menegaskan bahwa dalam mencapai kesuksesan, kita tidak boleh melihat orang lain sebagai pesaing, melainkan sebagai mitra dalam perjuangan menuju kemenangan bersama.
Kalimat terakhir dalam adzan, "La ilaha illallah," menurut Mbah Bus, mengajarkan bahwa kemenangan sejati hanya dapat terwujud melalui konsensus bersama untuk meyakini bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Ini adalah prinsip tauhid yang menjadi dasar utama dalam ajaran Islam.
Mbah Bus juga mengingatkan bahwa meskipun Nabi Muhammad memiliki derajat yang tinggi, beliau tetap menyadari posisinya sebagai seorang 'abdu (hamba) Allah. Hal ini menggambarkan rendah hati dan kesadaran akan keagungan Allah.
Kang Zakaria menambahkan penjelasan perihal sujud. Sujud dalam sholat merupakan wahana untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Dalam sujud, kita bisa mencapai taqarrub ilallah (kedekatan dengan Allah) dengan memahami dan menghayati makna "wasjud waqtarib" (sujud dan mendekatlah).
Kang Zakaria lalu mengutip pemikiran dari Imam al-Ghazali. Menurutnya, sujud adalah momentum terdekat seorang hamba dengan Tuhannya. Imam al-Ghazali juga menjelaskan bahwa orang yang mampu menikmati manisnya sujud akan merasakan kedekatan yang kuat dengan Allah. Dalam sujudnya, mereka melampaui jarak dan memahami keagungan Allah.
Kang Zakaria juga menekankan bahwa ciri-ciri sholat yang diterima adalah pelakunya tidak hanya menghindari maksiat, tetapi juga benar-benar tidak menyukai maksiat tersebut. Ini menandakan bahwa seseorang telah mencapai tingkat kesucian dan ketakwaan yang tinggi.
Adzan bukan hanya sekadar panggilan untuk sholat, tetapi juga mengandung pesan-pesan yang mendalam dan bermakna bagi kehidupan seorang Muslim. Dengan men-tadabbur-i adzan yang mendalam, kita dapat memperoleh kebijaksanaan dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya dalam setiap sujud kita.
Sujudnya Muhammad
Al-barzanji Aththiril-3
Pada rutinan bulan lalu, kita telah membahas Al-barzanji Aththiril-1 berlanjut Aththiril-2. Edisi kali ini merupakan series dari tema bulan lalu. Apakah akan dilanjutkan sampai Aththiril-19? Wallahu A'lam.
Aththiril-3 berisi segala suasana menjelang kelahiran Nabi Muhammad. Kelahiran Nabi yang sudah dinanti oleh seluruh makhluk. Kaum Jin berbahagia, tumbuh-tumbuhan berbuah dengan lebatnya, hewan-hewan yang dapat berbicara dengan fasih. Sementara manusia terbagi menjadi dua. Ada yang mengharapkan kelahiran Nabi sebagaimana kaum yang mengimani kitab terdahulu. Ada pula yang menyangkal kelahirannya sebagaimana Raja Abrahah yang tidak mau tertandingi kekuasaannya di Jazirah Arab.
Informasi tentang kelahiran Nabi ini berasal dari kitab-kitab dan shuhuf-shuhuf terdahulu. Juga dari kegelisahan zaman yang ditandai dengan tidak adanya pembaharu sejak zaman Nabi Isa diangkat ke langit.
Pembahasan beranjak ke Sholawat Asyghil. Mbah Bus mengibaratkan Sholawat Asygil sebagai "gaman" agar kita tidak sampai didholimi oleh orang lain. Oang Jawa biasa menyebutnya "sluman-slumun-slamet".
Seperti biasa, dalam sinau bareng selalu ada sesi tanya jawab. Kang Gatot bertanya tentang mukjizat. Jawaban Mbah Bus ialah mukjizat biasanya datang saat seseorang mengalami ketidakberdayaan, sangat pasrah, tentunya dengan didahului oleh usaha, eling lan waspada. Insya Allah akan di-ijabahi keinginannya. Itulah mukjizat.
Pembahasan beralih ke topik nasab, sebuah topik yang sering dibicarakan di media sosial akhir-akhir ini. Sebagaimana nasab Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah yang masih saudara, sebenarnya kalau dirunut kita masih mempunyai kemungkinan saudara. Akan tetapi sejak pemerintahan kolonial berkuasa, tepatnya pasca-Perang Diponegoro, semua catatan nasab Bangsa Indonesia ditiadakan.
Ngaji Al-barzanji
"Al-jannatu wa na'imuha sa'dun liman yushalli wa yusallimu wa yubarik alaih"
Itu adalah kalimat pembuka dalam kitab Maulid Al-barzanji karangan Sayyid Ja'far Al-barzanji. Artinya kurang lebih begini, surga dengan segala kenikmatannya merupakan kebahagiaan bagi orang-orang yang bersholawat, mendoakan keselamatan, dan mengharapkan keberkahan dari Kanjeng Nabi Muhammad.
Bagi sedulur-sedulur Maiyah, sinau gondelan syafa'ate Kanjeng Nabi bukan barang baru lagi. Sejak diperkenalkan metodologi Segitiga Cinta sampai yang terbaru diijazahi do'a Isyfa' Hajati, rasanya Simbah mengingatkan agar kita selalu gondelan syafaate Kanjeng Nabi Muhammad.
Sebab makhluk pertama, yang menjadi kekasih Allah adalah Nur dari Kanjeng Nabi Muhammad. Nur atau cahaya tersebut dalam Barzanji disebut nuril maushufi bittaqaddumil awwaliyyah, cahaya paling awal yang menjadi awal mula kehidupan-Nur itu juga yang kemudian oleh Simbah dibuatkan pujian khusus yang dinamai Sholawatun Nur.
Kemudian Sayyid Ja'far menyebutkan bahwa Nur Kanjeng Nabi Muhammad dititipkan pada satu wajah mulia ke wajah mulia yang lain. Atau ditempatkan dalam tulang sulbi Nabi Adam sampai diwariskan ke tulang sulbi Sayyid Abdullah, hingga kemudian menetap dan dilahirkan ke dunia melalui rahim Sayyidah Aminah.
"'Aththirillahhumma qabrahul karim bi 'arfin syadziyyi min sholatin wa taslim". Ya Allah taburkanlah wewangian sholawat salam bagi makam beliau yang mulia. Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih.
***
Sekian dulu mukadimah ringkas dari kitab Maulid Al-barzanji yang bisa dituliskan dalam mukadimah rutinan Sanggar Kedirian kali ini. Untuk lebih mendalami lagi Ngaji Al-barzanji ini monggo nanti sami-sami disimak langsung sembari melingkar bersama guru kita Mbah Bustanul Arifin. Maturnuwun.
Isyfa' Hajati
Perjalanan Diri Mengenal Diri dalam Sanggar Kedirian
Catatan Ta'dib Maiyah bersama Mbah Nun dan Kiai Kanjeng dalam rangka Milad Sanggar Kedirian
Alhamdulillah, malam itu begitu istimewa bagi Sanggar Kedirian yang merayakan Milad ke-12. Meskipun secara perhitungan, ini adalah tahun ke-11 sejak kegiatan rutin Sanggar Kedirian dimulai pada malam Sabtu Legi, 15 Juni 2012 atau 25 Rajab 1433 H, namun selisih perhitungan ini tak mengurangi kemeriahan acara. Perayaan Milad ini berlangsung sangat meriah. Semangat kebersamaan tetap membara dari awal hingga akhir acara.
Rangkaian acara dibuka dengan pembacaan tawashshulan sebagai bentuk rasa ketersambungan kepada Allah dan Rasulullah. Dilanjutkan dengan lantunan sholawat, setor cinta dan rindu kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Sebelum acara inti Ta'dib Maiyah bersama Mbah Nun dan Kiai Kanjeng dimulai, Mbah Bus memberikan sambutan pembuka. Dalam sambutannya, beliau memaparkan secara singkat mengenai profil Sanggar Kedirian serta mengulas lebih dalam tema yang akan dibahas pada malam itu.
Sanggar Kedirian memiliki semboyan "Perjalanan Diri Mengenal Diri," yang tercermin melalui kehadiran tokoh-tokoh pewayangan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Semar, yang memiliki nama asli Ismoyo atau disingkat menjadi Ismar, memiliki arti "paku." Seperti paku yang dapat melekatkan berbagai macam kayu, manusia diharapkan dapat menjadi perekat antar manusia.
Mbah Bus menjelaskan bahwa paku harus diletakkan pada tempatnya. Jika penempatannya tidak tepat, kayu bisa pecah atau paku bisa bengkok. Begitu juga manusia harus dapat memposisikan dirinya dengan baik.
Selanjutnya, Mbah Bus mengungkapkan makna dari konsep "Kala Dahana" yang terdiri dari "Kala" (waktu) dan "Dahana" (api). Manusia menunggu saat datangnya api, namun api yang paling berbahaya adalah hawa nafsu yang ada di dalam diri kita.
Mbah Bus juga menyebutkan konsep "Kala Bawana" yang terdiri dari "Kala" (waktu) dan "Bawana" (bumi). Manusia hidup di bumi tanpa mengetahui kapan lahir, ada, dan mati. Oleh karena itu, kita harus mencintai setiap tempat di bumi yang kita pijak.
Selanjutnya, Mbah Bus menjelaskan tentang "Kala Maruto" yang terdiri dari "Kala" (waktu) dan "Maruto" (angin). Angin dalam hal ini merupakan simbol dari kabar atau berita. Manusia harus waspada dalam menyikapi berita yang diterima, membedakan mana kabar yang benar dan tidak.
Mbah Bus juga menekankan pentingnya berusaha dengan sekuat tenaga dalam bekerja, sehingga kita akan mendapatkan rizki meskipun mungkin dalam jumlah yang sedikit. Rizki tersebut tetap harus disyukuri.
Mbah Bus berharap agar para anggota Sanggar Kedirian dalam mencari jati diri dapat menjadi "Satrio Tomo" yang "Kudu Anteng Jatmiko ing Budhi, Luruh sarto Wasis Samudayanipun."
Acara inti Ta'dib Maiyah Tasyakuran 12 Tahun Sanggar Kedirian diawali dengan nomor lagu "Pambuko - Kiai Kanjeng." Kemudian, Mbah Nun mengingatkan pentingnya berkonsentrasi dalam mengirim sholawat kepada Nabi Muhammad karena beliau adalah satu-satunya yang dapat menolong kita semua.
Mbah Nun juga menjelaskan bahwa dalam hidup ini terdapat hal-hal yang wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Kita perlu memiliki skala prioritas (Afdholiyah atau Aqdamiyah) dalam menjalani kehidupan.
Pada kesempatan diskusi, peserta diajak untuk mempertimbangkan tujuan hidup mereka. Mbah Nun memberikan pesan agar tidak merasa beriman sebelum Allah menguji kita. Hal ini merupakan tadabbur surat Al-'Ankabut ayat 2.
Kemudian, Mbah Nun menjelaskan konsep slamet. Slamet memiliki banyak dimensi, seperti slamet akhlak, slamet bondho, dan lainnya. Slamet yang hanya dilihat dari segi materi tidaklah cukup, slamet harus memiliki ukuran yang jelas.
Peserta diskusi, seperti Pak Lurah Hamid, Mbah Bus, Gus Lutfi, dan Mas Helmi, membagikan pengalaman mereka selama mengikuti Maiyah. Mereka mengungkapkan bahwa Maiyah membawa pemahaman yang mendalam tentang iman, syahadat, dan berbagai topik yang mungkin belum kita temukan sendiri.Mbah Nun membahas mengenai pentingnya latihan memori ruh untuk memiliki pengetahuan yang lebih mendalam. Semakin sering kita berhubungan dengan malaikat dan Allah, semakin jernih pandangan batin kita.
Selanjutnya, Mbah Nun membahas konsep intiqod yang mengajarkan kita untuk mengkritik diri sendiri. Introspeksi diri merupakan momen penting dalam perjalanan spiritual.
Acara Ta'dib Maiyah ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Mbah Nun, di antaranya doa memohon perlindungan dari kesalahan yang dilakukan di masa lalu, doa agar tidak dibebani dengan beban yang berat seperti generasi sebelumnya, dan doa agar tidak dibebani dengan hal-hal yang kita tidak mampu.
Demikianlah rangkuman dari acara Ta'dib Maiyah Tasyakuran 12 Tahun Sanggar Kedirian. Semoga rangkuman ini dapat memberikan gambaran tentang isi acara tersebut. Terima kasih atas perhatiannya.
(Redaksi Sanggar Kedirian)
Dokumentasi Kegiatan