Renovasi

Mukadimah Rutinan Sanggar Kedirian 15 Desember 2023


Pada masa Nabi Muhammad Saw. berusia 35 tahun, ka'bah dilakukan renovasi oleh masyarakat Quraisy. Terjadilah perselisihan saat itu oleh kaum Quraisy yang kondisinya terdiri berbagai kelompok golongan. Perselisihan terjadi saat peletakan hajar aswad, dimana masing-masing golongan merasa paling pantas untuk meletakkan hajar aswad tersebut pada tempat ka'bah yang telah direnovasi. Karena perselisihan tersebut tidak juga terjadi titik temu kesepakatan pemimpin kelompok mana yang berhak meletakkan hajar aswad, lalu mereka menyerahkan keputusan pimpinan kelompok mana yang berhak meletakkan hajar aswad tersebut kepada Nabi Muhammad yang saat itu sudah terkenal dengan sifat adilnya meski belum diangkat menjadi nabi.

Maka oleh Kanjeng Nabi Muhammad diputuskanlah hajar aswad tersebut diatas serban beliau dan kemudian pemimpin dari antar golongan kaum Quraisy tersebut memegang serban dan mengangkat hajar aswad tersebut secara bersama-sama untuk meletakan hajar aswad pada tempat yang telah ditentukan. Dan keputusan Kanjeng Nabi Muhammad ini diterima oleh semua golongan kaum Quraisy dan kemudian dilaksanakanlah peletakan hajar aswad tersebut. 

Renovasi segala sesuatu yang sifatnya untuk umum, tentunya pasti akan menimbulkan pro dan kontra antar kelompok atau golongan. Di sinilah diperlukan kearifan yang luar biasa yang bisa diterima oleh semua orang antar golongan. Renovasi ini bisa kita kontekstualkan dengan hal yang lebih luas, seperti renovasi rumah, renovasi negara, renovasi akhlak, renovasi pola pikir dan lainnya, dimana renovasi ini tujuannya adalah untuk lebih baik dari sebelumnya. 

Pada Rutinan Sinau Bareng Sanggar Kedirian pada 15 Desember 2023 ini, yang akan dimulai setelah sholat Isya' jam 19.30 WIB, mengajak dulur-dulur untuk bersama-sama mentadabburi renovasi dalam kontek situasi terkini dari sudut pandang budaya, sosial, politik, ekonomi dan nasib kita masing-masing.

Masih bersama Ust. Dr. Bustanul Arifin (Marja' Sanggar Kedirian) akan menemani sinau bareng kita. Monggo kita meluangkan waktu untuk silaturahmi dalam rutinan sekaligus tawashshulan untuk mengemis syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Continue reading Renovasi

Muhammadun Basyarun??

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 10 November 2023

Pada rutinan Tawashsulan kemarin dibacakan Maulid Barzanji, wa lamma balagha SAW khamsan wa isyrin ... ila akhirihi. At-Thiril ke-9 ini membahas tentang kehidupan Kanjeng Nabi ketika beranjak dewasa. 

Sebagaimana manusia pada umumnya, Kanjeng Nabi juga bekerja, menikah, dan mempunyai keturunan. Akan tetapi yang membedakan dengan manusia lainnya ialah pertolongan Allah senantiasa menyertai setiap langkah beliau. Ketika berjalan misalnya, awan, pohon, bahkan malaikat senantiasa menaungi beliau. Saat berjualan, dagangannya cepat habis dan keberkahan hartanya akan berlipat-lipat. Saat sudah waktunya menikah digampangkan segala urusannya.

Apakah dengan segala keistimewaan itu Kanjeng Nabi Muhammad memanfaatkan untuk keuntungan dirinya sendiri? Kan tidak. Kita sama-sama tahu bahwa beliau adalah orang paling tawadhu'. Bajunya hanya itu-itu saja, kalau ada makanan ya dimakan jika tidak ada ya tidak apa-apa.
Itu hanya sedikit poin dari tema ini. Sisanya nanti kita perbincangkan bersama dalam rutinan Sanggar Kedirian.
Continue reading Muhammadun Basyarun??

Konsep Kemanusiaan dalam Ukhuwah Basyariah

Reportase Rutinan Sanggar Kedirian 1 September 2023 dengan Tema Memanusiakan Manusia

Tema Memanusiakan Manusia kali ini adalah tadabbur dari al-Barzanji attiril-6. Sekedar pengingat beberapa edisi yang lalu, Sanggar Kedirian mengangkat tema dari Maulid al-Barzanji. Apa yang dibahas berurutan mulai dari attiril-1, attiril-2, dst. hingga saat ini attiril-6. Insya Allah akan diteruskan attiril-attiril selanjutnya di edisi mendatang.

Satu persatu dulur-dulur mulai hadir. Saling tanya kabar dan kondisi masing-masing. Sejenak melepas lelah dari rutinitas sehari-hari. Menjalin ukhuwah antar penggiat Sanggar Kedirian setelah selapan tidak bertemu.

Acara dibuka dengan beberapa wirid. Tibalah saatnya pembahasan tema. Satu persatu dulur-dulur mulai mengemukakan pendapatnya. Berikut ringkasannya:

Kemanusiaan adalah konsep yang erat kaitannya dengan ukhuwah basyariah, yaitu hubungan antara makhluk berakal, atau lebih tepatnya, antara manusia. Dalam konteks ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek kemanusiaan yang membentuk dasar dari hubungan sosial kita.

Kita, manusia, termasuk dalam kategori Bani Adam, yaitu anak turunan Nabi Adam. Sebagai makhluk berakal, kita memiliki tanggung jawab untuk menjalani kehidupan yang penuh makna.

Manusia disebut insan karena strukturnya berbeda, misal Nabi Adam, Nabi Syits, atau Nabi Isa diciptakan berbeda dengan manusia pada umumnya. Tidak sepantasnya meremehkan perbedaan ke-insan-an setiap individu.

Dalam masyarakat, kita dikenal sebagai An-nas, manusia sebagai makhluk sosial. Kita hidup dalam berbagai bentuk komunitas dan hubungan antarmanusia.

Kita adalah 'abdullah, hamba Allah. Ini adalah hakikat dari penciptaan kita, dan kita memiliki tanggung jawab untuk mengabdikan diri kepada-Nya.

Setelah mencapai kesadaran sebagai 'abdullah, langkah selanjutnya adalah menjadi khalifah, yaitu pemelihara. Setiap orang memiliki tingkat kekhalifahan yang berbeda-beda. Ada yang menjadi khalifah untuk diri sendiri, keluarga, atau bahkan masyarakat lebih luas.

Dengan pemahaman ini, kita dapat memperkuat ikatan kita sebagai manusia dan membangun hubungan yang lebih baik dalam ukhuwah basyariah.
Continue reading Konsep Kemanusiaan dalam Ukhuwah Basyariah

MEMANUSIAKAN MANUSIA

Mukadimah Sanggar Kedirian 1 September 2023

Manusia adalah makhluk multi potensi yang dibekali dengan akal dan budi pekerti, maknanya manusia berkehendak apapun untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ia hadapi. Manusia sebagai makhluk individu yang memiliki latar belakang pola pikir dan perilaku pribadi, juga mampu menjadi makhluk sosial saat berinteraksi dengan orang lain. Manusia dititahkan oleh Allah SWT dalam empat peran, sebagai makhluk, sebagai insan, sebagai khalifah, dan sebagai abdullah.

Sejatinya manusia memiliki dua sisi, sisi baik dan buruk menurut kaidah pribadi, kaidah umum dan ketentuan hukum beragama. Namun, dalam menjalankan perannya, tidak jarang manusia lupa untuk memanusiakan diri sendiri dan memanusiakan orang lain. Sering kita dengar di berbagai media masa tentang kasus-kasus yang dianggap tidak manusiawi yang dilakukan oleh manusia. Sebagai contohnya adalah kasus pembunuhan, intoleransi, eksploitasi, dsb. Hal tersebut disebabkan karena adanya kecondongan di antara segala sisi yang ia miliki, sehingga output yang ia hasilkan bisa jadi akan dimaknakan lain oleh manusia lain.

Dalam kitab Maulid al-Barzanji attiril ke-6, dikisahkan bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah disusui oleh beberapa orang dari berbagai suku setelah kelahirannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk memanusiakan manusia tidak memandang suku, ras, maupun agama, semua dilakukan dengan pandangan rahmatan lil alamin.

Lalu, bagaimana seharusnya manusia menjalankan perannya sebagai manusia yang memanusiakan manusia?

(Fathur)
Continue reading MEMANUSIAKAN MANUSIA

Wushul

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian Edisi 27 Juli 2023 

Kurang lebih satu tahun Mbah Nun mencetuskan teks Tawashshulan untuk anak cucu jamaah Maiyah. Setahu kami sejak April 2022 Tawashshulan mulai dilaksanakan di Kadipiro oleh Mbah Nun dan Kiai Kanjeng, dan teks Tawashshulan tersebut mengalami beberapa kali penyempurnaan oleh Mbah Nun. Sekarang ini sudah sangat banyak simpul Maiyah di berbagai kota di seluruh Nusantara yang membuat rutinan Tawashshulan.

Mbah Nun sering menyampaikan bahwa Tawashshulan ini bermaksud ngemis kepada Allah Swt sebagai pemilik tunggal seluruh alam semesta termasuk diri kita ini. Hal itu juga terkait erat dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh Mbah Nun, baik dalam ber-muwajjahah dengan jamaah Maiyah maupun tulisan beliau di website caknun.com yaitu Tadabbur Surat al-Fatihah. Tawashshulan merupakan implemetasi ayat-ayat al-Fatihah, "arrohmanir rohiim, maliki yaumiddiin, iyyakana'budu wa iyyaka nasta'in." Kita meneguhkan diri dengan keimanan kita dan syahadat kita kepada Allah dan Rasulullah. Kemudian kita sujud mengemis dengan ucapan, "Hanya kepada-Mu (Allah) kami menyembah, dan hanya kepada-Mu (Allah) kami mohon pertolongan."

Di dalam kita mengemis kepada Allah tersebut hati kita senantiasa mengharap "ihdinashshirothol mustaqiim, shirotolladzina an'amta 'alaihim, ghoiril maghdhubi 'alaihim waladzolliin."

Beberapa waktu lalu kabar mengenai kondisi Mbah Nun yang harus beristirahat di rumah sakit tentunya membuat anak cucu jamaah Maiyah khawatir. Ditambah lagi adanya banyak berita hoax yang beredar di media sosial yang entah dari mana sumber berita tersebut membuat kita semua semakin khawatir. Namun, kita anak cucu jamaah Maiyah selalu diajarkan Mbah Nun untuk berhusnuzan kepada Allah Swt. Kondisi Mbah Nun saat ini harus kita sikapi juga dengan landasan husnuzan. 

Banyak kita dengar kisah perjalanan spiritual para wali Allah yang mana hal itu dikenal dengan istilah wushul. Wushul, menurut Pak Bustanul, guru kami teman-teman Sanggar Kedirian memiliki akar kata yang sama dengan Tawashshul. Kami berprasangka, Mbah Nun mengajak kita untuk Tawashshulan secara terus menerus, dan bisa jadi, dari kesungguhan dalam Tawashshulan itu, bahwa Mbah Nun sekarang ini sedang mengalami perjalanan wushul.

Namun kita juga tidak boleh sembrono dalam memahami suatu peristiwa termasuk berkaitan wushul ini. Apa yang sebenarnya dimaksud dengan wushul? Wushul itu peristiwa dari hamba-Nya kepada Allah ataukah dari Allah ke hambaNya?

Isro' Mi'roj itu perjalanan Kanjeng Nabi Muhammad SAW sedangkan wushul perjalanan yang mirip itu (Isro' Mi'roj), tapi bagi manusia kekasih Allah selain nabi. Mbah Nun bagi kami sedang menjalani proses wushul.

Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian pada bulan Juli ini akan mengeksplorasi tema wushul tersebut. Mari sinau bareng, melingkar bersama dengan landasan husnuzan dan waspada.
Continue reading Wushul

Sujudnya Muhammad: Menghayati Makna dalam Adzan

Reportase Rutinan Sanggar Kedirian dengan tema Sujudnya Muhammad, 23 Juni 2023


Di salah satu sudut kampus Universitas Tribakti, malam itu terasa begitu dingin. Namun, di tengah dinginnya udara, terdapat kehangatan yang memancar dari dulur-dulur Sanggar Kedirian. Mbah Bus mengawali pembahasan Barzanji kali ini dengan men-tadabbur-i adzan. Adzan dan iqomah merupakan kalimat ilahiyah pertama kali yang diperkenalkan kepada bayi agar potensi diri seorang bayi berkembang secara optimal.

Kalimat pertama dalam adzan adalah "Allahu akbar" yang berarti "Allah Maha Besar." Mbah Bus menjelaskan bahwa melalui kalimat ini, kita diperkenalkan pada hubungan vertikal yang menunjukkan kebesaran Allah. Dalam kesederhanaan ungkapan ini, kita disadarkan akan keagungan dan kekuasaan-Nya yang melingkupi segala sesuatu.

Mbah Bus juga mengungkapkan pemahamannya tentang kalimat-kalimat lain dalam adzan. "Syahadat kepada Allah" adalah kesaksian akan keesaan-Nya, sedangkan "Syahadat kepada Kanjeng Nabi Muhammad sebagai utusan Allah" adalah pengakuan akan peran dan kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir.

Selanjutnya, Mbah Bus menyoroti kalimat "Hayya 'alassholah" yang mengajak kita untuk datang kepada sholat. Dia menjelaskan bahwa kalimat ini mengingatkan akan pentingnya menjaga keteraturan dalam menjalankan kewajiban kita. Sholat merupakan bentuk ibadah yang memiliki makna yang mendalam dan memerlukan kedisiplinan dalam melaksanakannya.

Mbah Bus juga memaparkan pesan di balik kalimat "Hayya 'alal falah" yang mengajak kita untuk mencapai kesuksesan. Namun, dia menegaskan bahwa dalam mencapai kesuksesan, kita tidak boleh melihat orang lain sebagai pesaing, melainkan sebagai mitra dalam perjuangan menuju kemenangan bersama.

Kalimat terakhir dalam adzan, "La ilaha illallah," menurut Mbah Bus, mengajarkan bahwa kemenangan sejati hanya dapat terwujud melalui konsensus bersama untuk meyakini bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Ini adalah prinsip tauhid yang menjadi dasar utama dalam ajaran Islam.

Mbah Bus juga mengingatkan bahwa meskipun Nabi Muhammad memiliki derajat yang tinggi, beliau tetap menyadari posisinya sebagai seorang 'abdu (hamba) Allah. Hal ini menggambarkan rendah hati dan kesadaran akan keagungan Allah.

Kang Zakaria menambahkan penjelasan perihal sujud. Sujud dalam sholat merupakan wahana untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Dalam sujud, kita bisa mencapai taqarrub ilallah (kedekatan dengan Allah) dengan memahami dan menghayati makna "wasjud waqtarib" (sujud dan mendekatlah).

Kang Zakaria lalu mengutip pemikiran dari Imam al-Ghazali. Menurutnya, sujud adalah momentum terdekat seorang hamba dengan Tuhannya. Imam al-Ghazali juga menjelaskan bahwa orang yang mampu menikmati manisnya sujud akan merasakan kedekatan yang kuat dengan Allah. Dalam sujudnya, mereka melampaui jarak dan memahami keagungan Allah.

Kang Zakaria juga menekankan bahwa ciri-ciri sholat yang diterima adalah pelakunya tidak hanya menghindari maksiat, tetapi juga benar-benar tidak menyukai maksiat tersebut. Ini menandakan bahwa seseorang telah mencapai tingkat kesucian dan ketakwaan yang tinggi.

Adzan bukan hanya sekadar panggilan untuk sholat, tetapi juga mengandung pesan-pesan yang mendalam dan bermakna bagi kehidupan seorang Muslim. Dengan men-tadabbur-i adzan yang mendalam, kita dapat memperoleh kebijaksanaan dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya dalam setiap sujud kita.


Continue reading Sujudnya Muhammad: Menghayati Makna dalam Adzan

Sujudnya Muhammad

Pambuko rutinan Sanggar Kedirian, Malam Sabtu Legi 23 Juni 2023

Tema ini diambil dari fashl at-thiril Maulid al-Barzanji yang ke-empat. Di situ disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad lahir ke dunia ini dalam keadaan yadaihi 'alal ardh, bersujud. Itulah penanda awal dari sujud-sujud yang beliau lakukan selama di dunia.

Meski beliau adalah makhluk terkasih-Nya, yang menjadi sebab dari diciptakannya segala sesuatu, juga yang memiliki hak khusus syafaat, namun itu semua tidak membuat beliau lupa pada status kehambaannya. 

Kewajiban seorang hamba ialah patuh pada tuannya. Bentuk kepatuhan ini terwujud dalam gerakan sholat. Berawal dari niat madhep kepada Allah, selanjutnya takbir, fatihah, ruku', i'tidal, sujud, duduk iftirosy, kemudian sujud lagi, tahiyyat dan salam, juga tidak lupa tuma'ninah dalam setiap gerakannya adalah suatu ekspresi penghambaan yang kita kenal bersama. 

Kanjeng Nabi Muhammad yang pertama kali mengajarkan itu. Dan konsisten mengerjakannya. Meski, sekali lagi perlu ditegaskan, beliau adalah makhluk terkasih-Nya, yang menjadi sebab dari terciptanya segala sesuatu, juga yang memiliki hak khusus syafaat. Lantas, bagaimana dengan kita?

Monggo sami-sami dirembuk dalam rutinan nanti dengan berbagai macam pengetahuan sujud yang kita ketahui.
Continue reading Sujudnya Muhammad

Al-barzanji Aththiril-3

Catatan Rutinan Sanggar Kedirian, 19 Mei 2023 


Pada rutinan bulan lalu, kita telah membahas Al-barzanji Aththiril-1 berlanjut Aththiril-2. Edisi kali ini merupakan series dari tema bulan lalu. Apakah akan dilanjutkan sampai Aththiril-19? Wallahu A'lam. 


Aththiril-3 berisi segala suasana menjelang kelahiran Nabi Muhammad. Kelahiran Nabi yang sudah dinanti oleh seluruh makhluk. Kaum Jin berbahagia, tumbuh-tumbuhan berbuah dengan lebatnya, hewan-hewan yang dapat berbicara dengan fasih. Sementara manusia terbagi menjadi dua. Ada yang mengharapkan kelahiran Nabi sebagaimana kaum yang mengimani kitab terdahulu. Ada pula yang menyangkal kelahirannya sebagaimana Raja Abrahah yang tidak mau tertandingi kekuasaannya di Jazirah Arab. 


Informasi tentang kelahiran Nabi ini berasal dari kitab-kitab dan shuhuf-shuhuf terdahulu. Juga dari kegelisahan zaman yang ditandai dengan tidak adanya pembaharu sejak zaman Nabi Isa diangkat ke langit. 



Pembahasan beranjak ke Sholawat Asyghil. Mbah Bus mengibaratkan Sholawat Asygil sebagai "gaman" agar kita tidak sampai didholimi oleh orang lain. Oang Jawa biasa menyebutnya "sluman-slumun-slamet". 


Seperti biasa, dalam sinau bareng selalu ada sesi tanya jawab. Kang Gatot bertanya tentang mukjizat. Jawaban Mbah Bus ialah mukjizat biasanya datang saat seseorang mengalami ketidakberdayaan, sangat pasrah, tentunya dengan didahului oleh usaha, eling lan waspada. Insya Allah akan di-ijabahi keinginannya. Itulah mukjizat. 


Pembahasan beralih ke topik nasab, sebuah topik yang sering dibicarakan di media sosial akhir-akhir ini. Sebagaimana nasab Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah yang masih saudara, sebenarnya kalau dirunut kita masih mempunyai kemungkinan saudara. Akan tetapi sejak pemerintahan kolonial berkuasa, tepatnya pasca-Perang Diponegoro, semua catatan nasab Bangsa Indonesia ditiadakan.


(Redaksi Sanggar Kedirian) 
Continue reading Al-barzanji Aththiril-3

Ngaji Al-barzanji

Mukadimah Rutinan Sanggar Kedirian, Malam Sabtu Legi, 14 April 2023. 

"Al-jannatu wa na'imuha sa'dun liman yushalli wa yusallimu wa yubarik alaih"  

 

Itu adalah kalimat pembuka dalam kitab Maulid Al-barzanji karangan Sayyid Ja'far Al-barzanji. Artinya kurang lebih begini, surga dengan segala kenikmatannya merupakan kebahagiaan bagi orang-orang yang bersholawat, mendoakan keselamatan, dan mengharapkan keberkahan dari Kanjeng Nabi Muhammad. 

 

Bagi sedulur-sedulur Maiyah, sinau gondelan syafa'ate Kanjeng Nabi bukan barang baru lagi. Sejak diperkenalkan metodologi Segitiga Cinta sampai yang terbaru diijazahi do'a Isyfa' Hajati, rasanya Simbah mengingatkan agar kita selalu gondelan syafaate Kanjeng Nabi Muhammad.  

 

Sebab makhluk pertama, yang menjadi kekasih Allah adalah Nur dari Kanjeng Nabi Muhammad. Nur atau cahaya tersebut dalam Barzanji disebut nuril maushufi bittaqaddumil awwaliyyah, cahaya paling awal yang menjadi awal mula kehidupan-Nur itu juga yang kemudian oleh Simbah dibuatkan pujian khusus yang dinamai Sholawatun Nur. 

 

Kemudian Sayyid Ja'far menyebutkan bahwa Nur Kanjeng Nabi Muhammad dititipkan pada satu wajah mulia ke wajah mulia yang lain. Atau ditempatkan dalam tulang sulbi Nabi Adam sampai diwariskan ke tulang sulbi Sayyid Abdullah, hingga kemudian menetap dan dilahirkan ke dunia melalui rahim Sayyidah Aminah.  

 

"'Aththirillahhumma qabrahul karim bi 'arfin syadziyyi min sholatin wa taslim". Ya Allah taburkanlah wewangian sholawat salam bagi makam beliau yang mulia. Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih. 

                             *** 

Sekian dulu mukadimah ringkas dari kitab Maulid Al-barzanji yang bisa dituliskan dalam mukadimah rutinan Sanggar Kedirian kali ini. Untuk lebih mendalami lagi Ngaji Al-barzanji ini monggo nanti sami-sami disimak langsung sembari melingkar bersama guru kita Mbah Bustanul Arifin. Maturnuwun. 

Continue reading Ngaji Al-barzanji

Isyfa' Hajati

Mukadimah Rutinan Sanggar Kedirian Malam Sabtu Legi, 10 Maret 2023

Paringo pitulung (syafaat) dumateng hajat ingsun. Kurang lebih seperti itu makna secara bahasa dari tema kita malam ini. Kalau makna secara konteks atau cerita bagaimana Mbah Nun memberikan ijazahan tersebut biar nanti diceritakan oleh beberapa sedulur yang langsung diijazahi oleh beliau. 

Yang jelas, kata isyfa' yang bermakna mohon berikanlah syafaat, ditujukan pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dari situ yang bisa kita garis bawahi ialah tiada bosannya Mbah Nun mengingatkan kita agar selalu ndepe-ndepe, mepet, bahkan gondelan syafaate Kanjeng Nabi. 

Bagi yang belum tahu, atau barangkali bisa dijadikan pengingat bahwa di Maiyah ada sebuah relasi yang dinamakan Segitiga Cinta. Dalam relasi tersebut subjek atau yang berkehendak atas segala sesuatu ini berada di puncak tertinggi, yakni Allah. Dan alasan Allah menciptakan panggung dunia ini adalah karena kekasih-Nya, Kanjeng Nabi Muhammad-yang berada di titik kiri dan hamba di titik kanan. Dalam relasi Segitiga Cinta ini, kita diingatkan untuk selalu merenung dan memahami betapa pentingnya meraih syafaat dari Kanjeng Nabi sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Continue reading Isyfa' Hajati

YA LATIF

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 3 Februari 2023

Ya Latif atau Al-latif adalah satu diantara 99 Asmaul Husna. Arti Asmaul Husna Al-latif adalah Yang Maha Lembut. Asmaul Husna Al-latif menjelaskan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Dzat yang bersifat lemah lembut kepada seluruh makhluknya.

Allah SWT menghendaki kebaikan dan kemaslahatan kepada manusia dengan cara yang amat tersembunyi atau dengan kata lain tidak terduga. Terkait dengan hal ini, Allah SWT berfirman yang bunyinya sebagai berikut:

لَّا تُدْرِكُهُ ٱلْأَبْصَٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ ٱلْأَبْصَٰرَ ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ

Artinya: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-an’am: 103).

Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan hati kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Hidup Kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Keluarga Kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Masyarakat Kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Bangsa Kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Negara Kami

Lembutkan kami semua sehingga penuh cinta kasih dalam kehidupan kami. Hidup kami sejahtera. Hidup kami makmur sentosa. Rejeki mengalir dari berbagai arah tanpa kami sangka-sangka.

Dalam kesempatan ini, marilah kita duduk melingkar memohon belas kasihan dan pertolongan Allah yang Maha Lembut melalui perantara Tawashshulan bersama dalam Rutinan Sanggar Kedirian, pada hari Jumat malam Sabtu Legi, 3 Februari 2023. Bertempat di Pendopo Balai Desa Kwadungan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Waktu awal selepas Sholat Isya' (Ba'da Isya').

Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan, kelonggaran waktu untuk hadir bersama dalam Rutinan Sanggar Kedirian.
Continue reading YA LATIF

Kuwad-Dungan

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 30 Desember 2022

Dalam Al-quran surat Al-mukmin ayat 60 Allah berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu". Begitu jelas dan gamblang Allah mengabarkan janjiNya kepada hamba-hambaNya. Namun seorang bijak juga pernah berkata, "Yang membumbung hanyalah mimpi, adapun permintaan mesti tahu diri".

Dari batasan tahu diri ini mari kita sinau bareng, seberapa kuat sih doa yang kita mohonkan kepada Gusti Allah setiap hari sehingga mampu menggetarkan pilar-pilar langit-Nya? Jangan-jangan selama ini ketika kita berdoa hanya memamerkan makhrajnya, fasihnya, dan hafalan doanya saja? Atau jangan-jangan selama ini doa kita hanya sebatas rentetan daftar keinginan yang mendikte kehendak Sang Pencipta?

Lantas apakah cukup kita berdoa dengan berbekal haqqul yaqin saja, padahal minimal ada 3 lapis langit yang harus kita panjat saat berdoa: langit harapan, langit keyakinan dan langit kepastian (takdir). Itupun kita belum menyentuh wilayah hijab (tabir/penutup) dari doa-doa yang kita mohonkan.
Continue reading Kuwad-Dungan

Ngramut Adab

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 25 Novermber 2022

Nusantara telah memiliki peradaban yang luar biasa, bahkan di Nusantara ini menjadi pusat peradaban dunia. Banyak bukti-bukti menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia ini adalah orang-orang hebat, salah satu bukti yang bisa kita lihat dan rasakan manfaatnya sampai sekarang adalah Candi Borobudur yang dibangun pada masa Dinasti Syailendra dengan waktu hampir 1 abad proses penyelesaiannya. Dengan waktu 100 tahunan berarti untuk membangun Borobudur melewati pergantian beberapa raja. 

Disinilah karakter yang dimiliki leluhur kita yang berfikir jauh untuk anak cucu. Bukan untuk kepentingan sesaat mumpung berkuasa demi kepentingan pribadi. Nenek moyang kita mengajarkan tentang adab dalam kehidupannya untuk diwarisi anak cucu. Adab terhadap diri sendiri, adab terhadap jabatan, adab terhadap yang lebih tua, adab terhadap rakyatnya, bahkan adab terhadap anak cucu yang jauh berabad-abad yang akan datang yakni kita saat ini yang berada dalam negara Republik Indonesia.

Nenek moyang kita membangun peradaban dengan menjunjung tinggi adab. Atas hal ini, marilah kita duduk melingkar bersama dalam Rutinan Sanggar Kedirian bicara tentang adab yang diwariskan leluhur kita. Dalam situasi kekinian adab mulai ditinggalkan bahkan diremehkan, Sanggar Kedirian memantik kita semua dalam bahasan Ngramut Adab.

Monggo hadir dalam rutinan Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian, pada Jumat malam Sabtu Legi, 25 November 2022, jam 20.00 WIB. Bertempat di Kampus Tribakti, Kota Kediri.
Continue reading Ngramut Adab

Satukan Tujuan, Sampingkan Identitas Kedaerahan

Reportase Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian Tema Stadium Kanjuruhan, 21 Oktober 2022.

Oleh: Arsuma Wisnu


Kegiatan rutinan Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian pada hari Jum'at, 21 Oktober 2022 berhasil dilaksanakan dengan lancar di Kampus IAI Tribakti Kota Kediri. Rutinan ini merupakan sebuah bentuk penghayatan untuk mencari dan merumuskan tentang apa yang terjadi terhadap sebuah perkembangan ilmu pengetahuan, kondisi sosial masyarakat, serta berperan menentramkan seluruh umat dan seluruh alam.

Tema rutinan mengangkat tentang "Stadium Kanjuruhan" dimana makna pada tema ini bukan hanya tentang bangunan/fisik yang digunakan untuk acara olahraga, akan tetapi jika kembali diresapi adalah bagaimana tentang tingkatan dalam daur hidup/perkembangan suatu proses.

Belasungkawa sedalam-dalamnya terhadap korban yang tidak bersalah, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Dengan apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober lalu, semoga menjadi yang terakhir.

Ini adalah momen bagi seluruh umat untuk bersatu. Sampingkan identitas kedaerahan yang selama ini telah memecah belah kita semua, satukan tujuan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Dengan kita bersatu, semua ujian yang akan dihadapi pada tingkatan yang lebih berat dan tidak mudah akan menjadi lebih mudah untuk dicarikan jalan keluar alternatif terbaik.
Continue reading Satukan Tujuan, Sampingkan Identitas Kedaerahan

Stadium Kanjuruhan

Pambuko Sanggar Kedirian 21 Oktober 2022

Baru-baru ini kita semua patut berduka atas kejadian yang menimpa dulur-dulur kita di Kanjuruhan. Kejadian yang memakan korban ratusan manusia. Namun apalah arti sebuah peristiwa, jika kita tidak bisa memetik hikmahnya? Bukankah sudah kewajiban kita (Jamaah Maiyah) untuk bersama mengais hakikat yang terserak, merawat yang terluka dan merangkul yang terpinggirkan dari setiap sendi dan nadi kehidupan? 

Selayak memberi tafsir pada permainan sepak bola rasanya memang seperti menelaah kehidupan. Didalamnya ada proses, ada filosofi yang mendasari suatu motif perbuatan. Ada tangis dan tawa, ada konsekuensi, ada kegelisahan, ada rasa marah, ada rasa malu, ada rasa cinta dan saya yakin masih banyak lagi yang lainnya. Seakan sepak bola menjelma menjadi hidup itu sendiri, namun tentunya dengan konstruk dan sistem yang berbeda.

Ambil saja satu contoh dari konstruk di atas, misalnya rasa cinta. Cinta pada sepak bola. Kerelaan berjubel, berbondong-bondong, berjejal mengantri, kepanasan - kehujanan sekian jam untuk menyaksikan tim kesayangannya. Dan jika seandainya saja kecintaan serta kegilaan itu pula yang digunakan untuk menuju Allah dan Rasul-Nya, bisa kita bayangkan dahsyatnya. 

Kemudian mari kita pertajam entry point-nya. Setelah lebih dari dua dekade berlalu, kejadian yang sama di Peru yang kemudian menempatkan peristiwa Kanjuruhan kemarin berada di posisi terburuk ke-2 di dunia. Selama kurun waktu 20 tahun tersebut, apa yang terjadi dengan kita? Tidakkah kita mau berkaca sebentar saja dan bertanya dalam hati kecil kita masing-masing: Sebenarnya saat ini kita ada di stadium yang mana?

Kalau menyitir Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata stadium bisa diartikan tingkatan dalam daur hidup atau perkembangan dari suatu proses. Atau cara jawane: Wis sampek tekan endi rek awake dewe berproses? sampai stadium berapa? Stadium yang mana? Stadium "Kanjuruhan"-kah??

Tanpa bermaksud untuk menyinggung siapa pun, tidak pula bermaksud untuk menghakimi siapa dan apa pun itu. Bermuhasabah dan membiasakan diri bersujud dalam posisi apa pun. Menang atau kalah, senang atau sedih. Lalu kemudian sewajarnya, bahkan selayaknya bertawakal dan bersyukur karena telah melakukan segala hal terbaik yang kita bisa.

Maka kata Allah, "Wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib". Janji Allah untuk hambanya yang tawakal dalam rentetan lika-liku kehidupan yaitu mengganti semuanya dengan kelapangan rezeki dari arah yang tidak kita sangka. 

Monggo duduk melingkar dalam satu lingkaran kebersamaan. Ber-muhasabah, saling sinau, mengaji dan mengkaji segala hal dari berbagai sudut pandang. Mengakrabkan diri dengan kesejatian. Menempa jiwa melalui rasa cinta dengan puncak kerinduan pada Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad Saw. 

Sampai bertemu di Rutinan Majelis Sanggar Kedirian di Kampus Tribakti yo, Lurr. Jumat malam Sabtu Legi, 21 Oktober 2022, pukul 19.30-23.00 WIB di Kampus Tribakti, Kota Kediri.

🙏🏻Salam-Salim🙏🏻
Continue reading Stadium Kanjuruhan

Ganteng Renteng

Catatan singkat rutinan Sanggar Kedirian dengan tema Gandeng Renteng

Sejenak berfikir bersama tentang kehidupan dan bangsa, puluhan jamaah Maiyah kemarin malam Sabtu Legi berkumpul, bersholawat, berdiskusi, berdoa bersama di sudut ruang kampus IAI Tribakti, Kota Kediri.

Dalam kesempatan kali ini, mengusung tema "Gandeng Renteng," sebuah tema yang cukup menarik jika dikaitkan dengan kehidupan manusia, kondisi bangsa saat ini, dan lain sebagainya. Dalam situasi kondisi bangsa yang tidak menentu seperti sekarang ini, berkumpul bersama dan berfikir bersama sangatlah diperlukan dengan harapan dan tujuan agar tercapai sebuah pemikiran yang tepat, sehingga langkah yang diambil pun akan tepat pula.

Dalam acara ngumpul bareng tersebut, dulur-dulur jamaah Maiyah juga ditemani seorang pagar keilmuan sekaligus dosen di IAI Tribakti, dan juga seorang budayawan yang cukup kompeten di bidangnya, yaitu KH. Bustanul Arifin.

Sesi demi sesi telah dilalui dan tak terasa waktu sudah larut malam, hingga acara pun diakhiri dengan mahallul qiyam dan doa oleh Pak Bustanul Arifin. Semoga acara tersebut bermanfaat bagi semua. Amin.

(Hartono Basingkem)

Continue reading Ganteng Renteng

Gandeng Renteng

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian dan Tawashshulan Edisi September 2022

Tuhan pencipta alam semesta menciptakan semua ciptaan-Nya dengan berpasangan-pasangan. Tanpa kita sadari antara satu dengan yang lain, tidak memiliki fungsi yang sama. Akan tetapi antara satu dengan yang lain bisa saling melengkapi. Tanpa kita sadari, poros pergerakan dunia ini berjalan dengan seimbang, tanpa ada cacat satu apapun, 

Apakah kita pernah berfikir tentang korelasi antara manusia dengan alam semesta ini?

Apakah kita pernah berfikir tentang fungsi diri kita masing-masing di dunia ini?

Bagaimana cara kita menempatkan diri di dalam tugas yang telah kita emban sejak kita dilahirkan di dunia ini? 

Apa peran kita dalam qudroh dan irodah Allah di sendi-sendi kehidupan yang kita lalui? 

Bagaimana tindakan kita agar kehidupan yang kita arungi ini bisa terus seimbang sampai hari akhir nanti? 

Mari kita diskusikan bersama-sama, adu dengkul pada rutinan maiyahan Sanggar Kedirian dan tawashshulan pada hari Jumat malam Sabtu Legi, 16 September 2022. Lokasi di Kampus Tribakti, Kota Kediri. Jam 19.00 WIB sampai selesai.

(Hartono Basingkem)
Continue reading Gandeng Renteng

Among Jiwa-Among Raga

Mukadimah Sanggar Kedirian edisi 8 Juli 2022

Tema ini berangkat dari situasi dan kondisi kesehatan para guru Maiyah, Simbah Ahmad Fuad Efendi dan Simbah Muhammad Ainun Nadjib yang belakangan ini mengalami sakit. Dan kondisi beberapa keluarga Maiyah Sanggar Kedirian yang juga mengalami hal yang sama.

Atas dasar kondisi tersebut maka Simpul Maiyah Sanggar Kedirian mengangkat tema "Among Jiwa-Among Raga". Among sendiri dalam bahasa Jawa memiliki makna menjaga, "Among Jiwa - Among Raga" berarti "Menjaga Jiwa - Menjaga Raga" yang intinya adalah menjaga kesehatan.

Ketika pembahasan tema ini, beberapa poin terkait kesehatan sempat muncul. Di antaranya:
1. Mandi di sepertiga malam untuk menjaga kesehatan
2. Khasiat air embun yang didoakan konon bisa untuk obat segala macam penyakit
3. Rutin mengkonsumsi madu dan jinten hitam sebagaimana sunnah Kanjeng Nabi.
4. Rutin berolahraga
5. Menjaga gaya hidup (menghindari mengkonsumsi makanan yang cepat saji)
Dst.

Mari melingkar bersama, bersilaturahmi dan berdiskusi membahas apa saja yang terkait erat dengan kesehatan, pada :

Hari : Jum'at Kliwon malam Sabtu Legi
Tanggal : 8 Juli 2022
Pukul : 19.00 - Selesai
Tempat : Kampus IAI Tribakti Kediri.
Continue reading Among Jiwa-Among Raga

Kesungguhan

Mukadimah Sanggar Kedirian Edisi Ramadhan 1443 H (29 April 2022)

"Qulnaa yaa naaru kuunii bardan wasalaaman 'alaa Ibrahim". Wahai api jadilah dingin, dan jadilah keselamatan bagi Ibrahim. Surat Al-anbiya' ayat 69.

Di banyak sumber disebutkan bahwa asbabun nuzul ayat tersebut adalah ketika Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Ketika itu banyak malaikat yang menawarkan bantuan kepada Nabi Ibrahim. Ada yang akan menyiram dengan air, ada yang akan mendatangkan angin agar api padam, dll. Namun Nabi Ibrahim tidak berkenan menerima semua bantuan dari para malaikat tersebut. Nabi Ibrahim tetap bergantung pada bantuan dan pertolongan Allah. Kemudian ayat tersebut turun lalu mawujud menjadi dinginnya api yang membakar Nabi Ibrahim sehingga api tersebut tidak membakar Nabi Ibrahim sedikitpun.

Ada cerita hikmah yang menyertai kejadian tersebut yang jarang diceritakan, namun pernah Mbah Nun sampaikan di beberapa forum beliau. Cerita tentang kisah tentang seekor semut ireng atau semut hitam yang pada saat Nabi Ibrahim dibakar ia membawa setetes air yang ia maksudkan untuk menetesi kobaran api yang begitu besar dan dahsyat yang digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim. Seekor semut ireng ini ditertawakan dan diejek oleh kawanan makhluk lain yang melihat kejadian tersebut. Mereka berkata, "Hai semut! Mana mungkin engkau bisa memadamkan api yang begitu besarnya hanya dengan setetes air yang engkau bawa?" Semut ireng menjawab, "Aku sadar kalau setetes air yang aku bawa ini tidak mungkin bisa memadamkan api yang sangat besar itu. Namun setidaknya aku ingin menunjukkan kepada Allah dan kepada Nabi Ibrahim bahwa aku sungguh-sungguh membela Nabi Ibrahim, aku sungguh-sungguh membela kebenaran." Dan keajaiban pun terjadi, niat baik dan kesungguhan seekor semut ireng dijawab oleh Allah dengan menurunkan satu ayat yang sekaligus menjadi perintah bagi api untuk menjadi dingin dan bersifat tidak membakar Nabi Ibrahim. 

Dari sepenggal cerita hikmah tersebut,  pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil adalah sebuah kesungguhan. Dimana sebuah kesungguhan inilah yang barangkali membuat kita ditolong dan dikasihi oleh Allah. Sebuah kesungguhan pulalah yang kiranya membuat perjuangan menjadi berhasil. Sebagaimana kalam yang sudah sangat masyhur kita ketahui, "Man jadda wajada", barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan berhasil.

Mari duduk melingkar bersama pada Majelis Rutinan Sanggar Kedirian yang nanti malam akan diselenggarakan di Kampus Tribakti Lirboyo. Bersama-sama kita akan membahas tentang kesungguhan yang semakin hari semakin terkikis dan semakin krisis dari jiwa manusia Indonesia, terutama dari jiwa para pemimpinnya.


Continue reading Kesungguhan

Ngenes Diwalik Seneng

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 25 Maret 2022

Boso wolak-walik biasa digawe karo arek arek malang, makan dadi nakam, sehat dadi tahes lan liyo-liyane. Semono ugo ukoro ngenes dadi seneng, sing saiki dadi tema rutinan Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian.

Diwolak-walik ukoro ngenes, seneng, ngenes, seneng kabeh ono maknane sing artine berkaitan. Ngenes lawan katane seneng lan seneng lawan katane ngenes.

Yen siro duwe roso ngenes sak jane iku wes cedak karo seneng. Kepriye carane? Yo kari malik wae. Dadi ora susah. Gampang to?

Tapi iso ugo iki dadi angel, yen ora duwe rumus sing iso malik ngenes dadi seneng. Kepriye nemuake rumus-rumus iku? Babagan iki bakal dirembuk ono ing rutinan Sanggar Kedirian. Mulo monggo sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian:

Jumat malem Sebtu Legi, 25 Maret 2022 (dalu niki), bakdo Isya' ing kampus IAI Tribakti, Kota Kediri.
Continue reading Ngenes Diwalik Seneng

Tumpeng - Tumuju maring Pengeran

Pambuka Rutinan Sanggar Kedirian 18 Februari 2022

Kabeh manungso lahir procot kanti wuda, ora gawa apa-apa. Sak ler benang wae ora gawa, opo maneh emas pices rojo brono. Artine kabeh manungso asline ora duwe opo-opo, kabeh samu barang ono dunyo kagungane Gusti Allah.


Sekabehane wes dicumepaki Gusti Allah, manungso kari ngolah kanggo nyukupi kebutuhane. Ngolahe manungso ono lewat tani, dagang, guru, seniman, pejabat, presiden termasuk lewat upoyo jasa makelaran, lan liyo liyo.


Amergo kabeh mau asale kagungane allah, manungso kari ngolah manfaatne, mongko sejatine kabeh mau titapane Allah. Dadi wajar yen sakwajibe manungo mbaleke titipan mau marang Gusti Allah. Ukoro liyo, kabeh ditumujuake maring pengeran.


"Tumuju maring Pengeran" diringkes dadi "Tumpeng".


Monggo sedulur kabeh urun rembug babagan Tumpeng, mulai kahanan cilik sing biasa awake dewe lakoni. Monggo sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian 18 Februari 2022, Jumat Malam Sabtu Legi. Manggon ing Kampus Tribakti, wiwit bakdo isyak ngati sak rampunge.


Continue reading Tumpeng - Tumuju maring Pengeran

Ikhlas Pasrah

Pambuka Rutinan Sanggar Kedirian 14 Januari 2022


Manungsa urip ora luput saka coba lan musibah. Ora sugih ora mlarat, ora ayu ora elek, ora cilik ora gedhe, ora rakyat ora pejabat, kabeh mesti tau ngalami.

Sehat iku coba, sakit ya coba. Sugih coba, mlarat ya coba. Nukil sithik saking dawuhe para sesepuh, ikhlas lan pasrah bisa dadi kunci ngudar njawab saka coba lan ujian Gusti Pengeran.

Mangga sedulur Sanggar Kedirian sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian kanti tema "Ikhlas Pasrah" ing Jemuah malem Setu Legi, 14 Januari 2022. Manggon ing Kampus Tribakti Kota Kediri, mburi gedung pasca sarjana. Wekdal bakdo Isya' dumugi bibar.

Bismillah...

Continue reading Ikhlas Pasrah

Mahameru

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 10 Desember 2021

Tema ini lahir sebagai respon atas beredarnya video erupsi Gunung Semeru yang viral beberapa hari lalu. Banyak dari kita yang tidak percaya dan bertanya mengapa sebelumnya tidak ada pemberitahuan dari BMKG? Apakah alat pendeteksi erupsinya benar-benar rusak atau murni keteledoran pihak BMKG? 

Sebenarnya pertanyaan seperti itu tidak penting-penting amat. Sebab mau dijawab selogis dan seilmiah mungkin, kita yang jauh dari lokasi kejadian tidak akan pernah tahu kebenarannya. Justru yang seharusnya kita ketahui ialah bagaimana membaca pertanda alam supaya kejadian seperti kemarin bisa diminimalisir dampaknya.

Soal membaca pertanda alam seperti itu, kita yang mengaku sebagai manusia modern paling beradab jelas tidak bisa dibandingkan dengan manusia kuno macam mbah-mbahane dewe. Hanya dengan niteni gelagat hewan-hewan yang mulai resah, suaranya saling bersahutan tak karuan, hingga secara berduyun-duyun turun gunung, mereka tahu bahwa keadaan sedang tidak baik-baik saja. 

Itu hanya sebagian kecil contoh membaca pertanda alam. Bagi yang tahu tanda-tanda lainnya bisa di-share agar menjadi bahan rembukan bersama. Atau barangkali ada yang mempunyai sudut pandang penghakiman ala-ala Islam Kaffah yang selalu mengaitkan gejala alam dengan murka Tuhan, silakan. Justru semakin menambah keluasan cakrawala pandang kita yang selama ini hanya mengenal Rahman-Rahim namun kurang familiar dengan Jabbar-Mutakabbir, Hasib dan Muntaqim. 

Juga jangan lupakan bahwa nama lain Semeru ialah Mahameru. Maha adalah ungkapan untuk menggambarkan ketakterhinggaan, keagungan. Sementara meru ialah tempat suci persemayaman dewa. Secara harfiah bisa diartikan sebagai pusat keagungan nan suci. Jangan-jangan erupsi kemarin yang mengagetkan itu tanpa disadari adalah karena ulah kita sendiri yang sudah mengotori salah satu tempat suci milik-Nya? Monggo dirembuk sareng-sareng dalam rutinan Sanggar Kedirian kali ini.

Continue reading Mahameru