Wasiat Nabi Saw Tentang Wanita

 



•┈◎❅❀( *Edisi Hari Kartini* )❀❅◎┈•
Sabtu, 21 April 2018 / 5 Sya’ban 1439 H.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال،قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِيْ جَارَهُ، وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْئٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا. (رواه البخارى ومسلم)

Artinya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa salam bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita.” (HR. Imam Bukhari no. 5185, kitab an-Nikaah; dan Imam Muslim no. 60, kitab ar-Radhaa’, II/1091)

Pelajaran yang terdapat pada hadits di atas:

1. Diantara tanda orang yang beriman (percaya) kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hari akhir adalah orang yang tidak menggangu tetangganya dan bisa berbuat baik pada istrinya, sebagai pemimpin, pembimbing, ngayomi dan ngayemi sehingga ia bisa terus menjadi istri yang shalihah.
2. Hadits di atas berisi anjuran agar berlemah lembut untuk melunakkan hati wanita yang cenderung bengkok (bersikap kurang baik).
3. Hadits di atas juga berisi tentang bagaimana cara memimpin wanita, yaitu dengan cara memaafkan mereka dan bersabar terhadap kebengkokan mereka.
4. Dan siapa yang ingin meluruskan mereka, berarti mengambil manfaat (adanya) mereka. Karena setiap manusia pastilah membutuhkan wanita; ia merasa tenteram kepadanya dan menjadikannya sebagai penopang kehidupannya.
5. Seolah-olah beliau SAW. mengatakan: “Mengambil manfaat mereka tidak akan tercapai kecuali dengan bersabar terhadapnya.”

Tema hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur’an:

1. Dalam hal ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan istri sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah yang harus dijaga. Ia adalah salah satu nikmat-Nya yang wajib disyukuri, sebagaimana yang diperintahkan-Nya;

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا … ۞

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,…” (QS. Ar-Ruum/30: 21)

2. Bertutur kata dengan baiklah kalian kepada mereka (istrimu), dan berlakulah dengan baik dalam semua perbuatan dan penampilan kalian terhadap mereka dalam batas yang sesuai dengan kemampuan kalian;

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۞

“Dan bergaullah dengan mereka secara baik.” (QS. An-Nisa’/4: 19)

*والله اعلم بالصواب…*

*Semoga manfaat*

[Bustanul 'Arifin]

Continue reading Wasiat Nabi Saw Tentang Wanita

Sikapi dengan Kuat, Temukan Prasangka Tepat

 Reportase Sanggar Kedirian 20 April 2018 

Membangun diri menjadi pribadi yang kuat menjadi motivasi dulur-dulur kembali berkumpul dalam diskusi rutinan Sanggar Kedirian. Dengan mengangkat tema besar “Ajeg Jejeg” diharapkan semua dulur-dulur Sanggar Kedirian memiliki pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan, serta konsisten menebar kebaikan dan kebahagiaan.

Sebelum diskusi dimulai, dilaksanakan tadarusan yang dalam kesempatan itu dibacakan surat Ali Imron. Selain itu, di tengah-tengah kegiatan berlangsung, dilantunkan Sholawat sebagai wujud kecintaan dan kerinduan terhadap Allah dan Rasulullah.


Karpet biru dan segelas kopi menemani kami melingkar bersama menemukan nilai. Mas Hartono membuka diskusi memancing dulur-dulur untuk membahas tema ajeg jejeg.

Mas Ibrahim menyampaikan bagaimana ide tema ajeg jejeg ini muncul, dari mas Gatot yang memiliki pemikiran bahwa dalam hidup ini kita harus waspada atas prasangka atas diri sendiri, kepada orang lain dan kepada sesuatu.


Dikembangkan pada unen-unen “Urip kudu tansah eling lan waspodo” yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut mas Andri, “Ibarat silat kita harus menyiapkan kuda-kuda untuk siap menghadapi serangan. Siap yang dimaksud ialah ketepatan menyikapi segala sesuatu dengan pas terhadap segala serangan informasi.”

Di kalangan dulur-dulur Sanggar Kedirian seringkali ada ungkapan, “Sing penting ajege lur.”Menurut mas Adnan, ” Ajeg adalah sering atau Istiqomah. Jejeg ialah sebuah penekanan, sebuah pemahaman bagaimana dengan sebuah prinsip kita menyikapinya.”


Dalam diskusi tersebut, Pak Bustanul ‘Arifin, selaku pauger keilmuan, menguraikan garis tema yang didiskusikan. Beliau menuturkan, “Ajeg jejeg berasal dari Bahasa Jawa “Jeg” yang artinya tidak pernah berubah dan tidak mudah goyah. Jadi kita dituntut selalu ajeg , agar nantinya kita tetap jejeg dalam menghadapi berbagai macam kondisi kehidupan ini.”

Pak Bus menambahkan, “Di tengah-tengah sesuatu yang salah harus selalu ditumbuhkan sesuatu yang benar. Saat kesalahan dilakukan secara bersama-sama dan terus-menerus maka bisa jadi dianggap suatu kebenaran. Maka sikap ajeg jejeg bisa membuat perubahan untuk mencari yang benar-benar benar.


Diskusi rutinan malam Sabtu Legi ini, digelar di pelataran Gedung GNI, Kota Kediri. Acara yang dimulai pukul 21.00 WIB ini dihadiri sekitar 25 orang dari Kediri dan sekitarnya.

Di sesi terakhir, acara dipuncaki dengan Mahallul Qiyam dan melantunkan Sholawat. Diskusi ditutup dengan bersalam-salaman antar seluruh dulur-dulur Sanggar Kedirian sebagai wujud tali kasih dan pasuduluran. [Alwim]

Continue reading Sikapi dengan Kuat, Temukan Prasangka Tepat

Ajeg Jejeg

Pambuko Sanggar Kedirian 20 April 2018


Kedaulatan seseorang sangat berpengaruh terhadap kewaspadaannya. Harusnya ajeg jejeg untuk menambah kekuatan kewaspadaanya. Ajeg jejeg sebagaimana membiasakan diri untuk bersikap kuda-kuda. Dimana orang tidak mudah terombang-ambing dengan informasi yang ada. "Urip kudu tansah eling lan waspodo" salah satu terjemahan bisa menjadi Dzikr dan Taqwa. Waspada berbeda dengan curiga. Waspada terhadap apapun yang bisa menghambat kemuliaan hidup. Berposisi di tengah-tengah terhadap informasi yang berkembang misalnya. "Asa antakrohu syaian wahuwa khoirun lakum wa 'asa an tuhibbu syaian wahuwa syarrun lakum". Terkadang sesuatu yang buruk menurut kita adalah yang baik dan bisa jadi sesuatu yang menurut kita jelek ternyata baik. Ajeg jejeg menjadi modal untuk waspada terhadap apa-apa yang dihadirkan Allah.
"Undzur ma qola wala tandzur man qola".Lihatlah apa yang diucapkan bukan siapa yang mengucapkan. Mau tidak mau sikap subyektif kita masih terpengaruh dengan ketokohan seseorang sehingga lupa dan tidak waspada terhadap apa yang diucapkannya. Ucapan pun akan ditelan mentah-mentah tanpa ada tabayyun terlebih dahulu. Ketika sudah sinkron dengan orang yang kita anggap tokoh di situlah seharusnya lebih waspada. Jangan-jangan kita hanya menjadi duplikatnya dan tidak berdaulat atas diri. Ketika menganggap orang yang tidak sesuai dengan kita di situlah kita juga harus waspada, jangan-jangan kita malah mendapat pelajaran yang agung darinya.
Mari sinau bareng dengan tema "Ajeg Jejeg" dalam rutinan sanggar Kedirian di musholla GNI Kota Kediri pada hari Jumat malam Sabtu Legi, 20 April 2018, pukul 20.00 WIB. Bersama Kang Bustanul 'Arifin (pauger keilmuan) dan Kanjeng Kustik. Semoga Alloh memberikan kita semua kekuatan untuk Ajeg Jejeg.

Continue reading Ajeg Jejeg