Ampun Duko: Refleksi Bersama tentang Siklus Alam dan Kehidupan

Reportase Rutinan Sanggar Kedirian 12 Oktober 2018 dengan Tema "Ampun Duko"

Rutinan kali ini sarat dengan nuansa instrospeksi diri. Refleksi atas beberapa kejadian beruntun yang menimpa bumi nusantara. Menimba kebijaksanaan agar hidup lebih bermakna.

Ibarat nyumet rokok, Kang Adnan memantik bara sinau bareng dengan pernyataan, "Kemarahan Tuhan bukan hanya ketika kita mendapat sesuatu yang tidak mengenakkan, bisa jadi Tuhan marah ketika kita hidup enak. Maka ketika mendapat sesuatu yang tidak mengenakkan selain graito bahwa Tuhan sedang marah bisa jadi Tuhan mengingatkan agar lebih waspada.

Kalau Kang Adnan membahas marahnya Allah, Kang Hartono mengimbangi dengan menggali kasih sayang Allah. "Kasih sayang Allah, maha pengampunnya Allah jauh lebih besar daripada kesalahan-kesalahan hamba-Nya", ujarnya.

Kang Fajar menimpali, "Yang tahu bahwa Allah sedang marah, sayang atau sedang memberi peringatan, hanya bisa dirasakan oleh masing-masing pribadi. Jika di luar diri, akan beda rasanya.Terus asah kepekaan apa yang diberikan Allah dan selalu koreksi diri."

"Kita tidak bisa negesi bahwa Allah sedang marah, sayang, atau yang lainnya tapi yakinlah bahwa itu yang terbaik." Sebuah peringatan dari Kang Adnan agar selalu ber-husnudzan kepada Allah.

Kang Rohmat menengahi, Allah mempunyai sifat jaiz yang memungkinkan memiliki sifat yang tidak terbatas, melakukan sesuatu atau tidak melakukannya, tidak seperti sesuatu apapun.

Saatnya Mbah Bus sebagai pagar kelimuan kita menjelaskan tema yang sebelumnya sudah didiskusikan. Beliau menyampaikan sebuah pemikiran mendalam tentang bumi. Beliau berkata, "Dari berbagai kejadian alam. Bisa jadi ini bumi ini akan mengalami siklus kembali kepada bentuk awalnya. Maka kalau ada kejadian alam dikatakan Allah sedang marah, maka itu sesuatu yang perlu dipikirkan kembali."

Pernyataan Mbah Bus ini mengundang kita untuk merenungkan siklus alam yang tak terhindarkan. Bumi, seperti makhluk hidup lainnya, mengalami kelahiran, pertumbuhan, dan kematian. Bencana alam yang sering terjadi mungkin adalah bagian dari siklus alam ini, sebuah proses regenerasi yang memungkinkan bumi untuk kembali ke keseimbangannya.

Demikianlah rangkuman singkat diskusi kita tentang "Ampun Duko". Semoga melalui diskusi ini, kita semakin terdorong untuk merenung dan mengambil hikmahnya sebagai bekal untuk menjalani hidup yang lebih baik.

(Redaksi Sanggar Kedirian)

Continue reading Ampun Duko: Refleksi Bersama tentang Siklus Alam dan Kehidupan

Ampun Duko

Pambuko rutinan Sanggar Kedirian Oktober 2018

Dengan segenap kerendahan hati, kami mohon ampun padamu Ya Rabb. Mungkin telah lama kami berbuat dosa. Dosa yang tak berkesudahan.

Gempa dan Tsunami di Lombok, Palu dan Donggala. Gunung Gamalama yang mulai mengeluarkan asap. Gunung Soputan dan Krakatau yang sudah lebih dulu metetus.

Arti beberapa kejadian akhir-akhir ini memang menjadi rahasia-Mu. Kami sebagai hamba hanya bisa graito sajroning manah bahwa kami memang harus berbenah. Menemukan kembali letak kesalahan-kesalahan untuk tidak kami lakukan kembali.

Kami memang pantas Engkau hukum gempa, karena sebenarnya kami telah membuat gempa diri kami sendiri, yakni gempa budaya yang sudah tak peduli aturanMu.

Kami membuat tsunami politik yang tidak peduli cinta kasihMu.

Kami membuat banjir informasi yang tidak peduli kebenaranMu.

Kami membuat badai ekonomi yang tidak peduli halal haram Mu.

Kami sedang menjalankan peradaban dimana dosa selalu dilimpahkan pada yang lain. “Salah itu mereka dan benar itu saya”. Dosa terbesar kami ialah tak pernah merasa berdosa. Terlampau besar dosa kami jika dibandingkan peringatan yang Engkau beri. Mungkin juga, ini malah bentuk cinta-Mu. Kuterima cintamu Ya Rabb, meski cinta itu berupa hukuman.

Tunjukkan kami ke jalan orang-orang yang Engkau beri kenikmatan. Kenikmatan dari-Mu, versi-Mu. Bukan jalan kenikmatan semu yang membuat Engkau marah. Bukan pula jalannya orang-orang yang sesat. Saking sesatnya Engkau bahkan tak peduli, naudzubillah.

“Ihdinash-shiroothol-mustaqiim.Shiroothollaziina an’amta ‘alaihim ghoiril-maghdhuubi ‘alaihim wa ladh-dhooollin.”

“Ampun Duko”.”Kumohon Engkau tidak murka”.

Continue reading Ampun Duko