Maaf, Riyayan-nya di Youtube Saja

Reportase Rutinan Sanggar Kedirian “Niti Priksa Lampah” 23 Agustus 2019

Rutinan sinau bareng yang bertepatan dengan nengeri kelahiran Sanggar Kedirian yang ketujuh sudah berlangsung beberapa bulan lalu. Namun reportasenya baru kukerjakan sekarang. Jadi kalau ada nuansa yang tidak tepat, maafkanlah. Mau bagaimana lagi, saat menulis ini aku mengalami sendiri ngendikane Mas Sabrang soal kata (bahasa) yang mempunyai limitasi.

Acara malam itu benar-benar terlampau memukau untuk dipotret lewat tradisi tulis. Bayangkan; para penggiat bersengaja masani rutinan malam itu sejak jauh-jauh hari; panitia acara sejak sore sudah bersiap-siap, tak sampai satu jam kemudian acaranya dimulai-tumpengan, sholawatan, menyanyikan 3 stanza Indonesia Raya, pencak silat, pembacaan puisi, pemutaran video perjalanan Sanggar Kedirian, dilanjut dengan video dari Mas Sabrang dan Lik Ham- dan semua hal itu terlampau memukau untuk dituliskan, maka, lebih baik langsung menonton video “Niti Priksa Lampah” di channel youtube Sanggar Kedirian. Rasakanlah sendiri riyayan ala Maiyah.

Continue reading Maaf, Riyayan-nya di Youtube Saja

NITI PRIKSA LAMPAH

Pambuko rutinan Sanggar Kedirian, 23 Agustus 2019


Bulan Zulhijah merupakan bulan yang monumental bagi Sanggar Kedirian. Sebab di bulan ini, 3 tahun yang lalu Sanggar Kedirian memasuki edisi pertama yang rutin digelar sampai saat ini. Meskipun sejak tahun 2012 diadakannya Kedirian sudah berkumpul dan duduk melingkar para penggiat Maiyah Kediri hingga saat ini menumbuhkan generasi yang bernama Sanggar Kedirian, yang tetap rutin diselenggarakan setiap malam Sabtu Legi. Sejak awal kebersamaannya, majelis ini memang diniatkan sebagai ruang bagi kalangan siapapun untuk sinau bareng, menumbuhkan kesadaran dan membangun kediriannya sendiri. Sehingga dalam hal ini, subjek utamanya adalah manusianya sendiri bukan eksistensi wadag yang diagungkan.

Berkembangnya jumlah penggiat Maiyah dimana-mana nampaknya menjadi fenomena belakangan ini. Demikian juga yang terjadi di Sanggar Kedirian. Antusiame anak-anak muda yang kita sebut sebagai generasi milenial yang datang ke Sanggar Kedirian semakin terus bertambah. Tentu saja ini merupakan sebuah berkah lain di Sanggar Kedirian. Mereka adalah generasi yang senantiasa dibimbing oleh Allah untuk menerima hidayah berupa ilmu-ilmu yang mereka dapatkan dari berbagai acara Maiyahan, baik mereka dapatkan melalui media sosial maupun acara-acara Maiyahan yang dibersamai oleh Mbah Nun secara langsung. Dan saat mereka merindukan kebersamaan itu, simpul Maiyah lah yang menjadi pengobat rindunya. Dan inilah yang menumbuhkan optimisme masa depan Indonesia. Sebagaimana yang yang disebutkan di Al Quran, ialah Generasi Lima Lima Empat (Tematik Surat Al Maidah [5]: Ayat 54), dimana di situ Allah menggambarkan sifat kaum baru yang Allah mencintainya dan mereka mencintai Allah. Sehingga jangan sampai karunia Allah ini sekedar menjadi euforia belaka.

Sejalan pula edaran dari Koordinator Simpul Maiyah kepada seluruh simpul Maiyah tentang peneguhan kembali niat bermaiyah maka, Sanggar Kedirian mencoba untuk memaknai itu sebagai “Niti Priksa Lampah" yaitu menelaah dan mempelajari langkah kita selama ini. Dengan asumsi pemahaman bahwa subjek utamanya adalah diri kita sendiri. Sesuai dengan semboyan "Perjalanan diri mengenal Diri".

Continue reading NITI PRIKSA LAMPAH