Di awal Ramadan, berat rasanya berpuasa karena harus meninggalkan aktivitas yang bersifat metabolis, sebagian maupun keseluruhan. Biasanya merokok dan ngopi beberapa saat untuk menyehatkan sistem respirasi, harus berdiam membiarkan rasa kecut bin masam di bibir. Biasanya ngemil, harus mengulum lidah di pagi hari, karena puasa.
Puasa, dalam bahasa Jawa disebut pasa: siyam dan maneges. Pasa banyak yang memaknai sebagai usaha ngepasne rasa, bagaimana merasakan sesuatu yang dirasakan saudara kita yang hidup dalam kekurangan sandang pangan. Pasa memberikan sentuhan rasa bagaimana jika kita yang kekurangan sandang atau perangkat hidup. Perangkat hidup yang didambakan adalah berkecukupan dalam lenggah dan sembah atau kedudukan dan kepantasan.
Lenggah merupakan kemapanan dalam pekerjaan. Sedangkan sembah adalah kepantasan dalam pergaulan seperti pakaian, uang, sarana transportasi dan komunikasi yang mengundang decak orang lain. Puasa menggugah rasa bagi orang yang telah cukup atau berkelebihan terhadap pangan, bagaimana reaksinya bila melihat keperbedaan di bawah standar. Hingga timbul rasa iba yang sebenarnya, tidak hanya mencapai kepantasan.
Siyam merupakan cita-cita besar mencapai kualitas dan kuantitas yang berbeda, dari “kates” biasa menuju “jenis taiwan”, bila itu “ayam” menuju “jenis bangkok”. Siyam adalah ibadah yang komplet baik pahala maupun kemantapan doa bahkan orang tidur pun bernilai pahala.
Orang berpuasa disebut maneges, bahwa setelah membina rasa, ia mencari arti dari setiap langkah perjalanan hidupnya, apakah yang dilakukan berguna bagi orang lain atau tidak berarti sama sekali. Ia mencari makna dari setiap gerakan bibirnya, apakah ucapannya menyenangkan atau menyakitkan, apakah harga hartanya dapat menolong harga dirinya. Atau pertanyaan lain yang jawabannya menyangkut kesempurnaan dirinya.
Ramadan adalah bulan berharap dan berdoa, berharap mendapatkan arti dan berdoa mencari arti. Ramadan berasal dari akar kata roma, api yang membakar dengan cepat. Di bulan itu dosa dan kesalahan dibakar dengan cepat melalui perbuatan yang secara kuantitas sama dengan di bulan lain, bila perbuatan itu diniatkan untuk orang lain dan menjadikannya terhindar dari dosa. Sabda Rasul, ”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa maka pasti dikabulkan”.
Puasa adalah ibadah lahir batin. Secara lahir menahan nafsu fisik dan secara batin menahan kemungkaran. Secara lahir melakukan sedekah dan secara batin rajin berdoa. Dari sini muncul istilah donga sinandhi atau doa yang tidak terus terang. Bahwa sedekah yang dikeluarkan berupa apa dan seberapa pun sebagai usaha mencegah malapetaka (as-shodaqatu lidaf’il bala’). Secara lahir melakukan ibadah dan secara batin berusaha pasrah.
Di akhir bulan Ramadan, keindahan rasa mulai memasuki oksigen darah yang ikur beredar ke seluruh tubuh. Kebahagiaan mulai terasa dan diri kita telah menemukannya dengan ditandai keterkejutan dan gumam hati, “Benarkah bulan mulia ini akan berakhir?” Kita merasakan ketentraman hati walau hanya sebentar lalu berharap semoga bulan-bulan berlalu bagai Ramadan. Ya, Ramadan 12 bulan.
___________________________________
*Selama Ramadan, rublik Piwedar sanggarkedirian.com akan me-review tema rutinan Sanggar Kedirian yang telah lampau. Rublik ini diasuh oleh Kang Bustanul ‘Arifin.
0 komentar:
Posting Komentar